Hai
apa kabar?
Dunia
berubah saat terakhir kali kita bertemu. Berubah bahagia? Mungkin untukmu, tapi
tidak sesederhana itu kuterjemahkan. Waktu yang terlalu berat kulalui sendiri,
andai kamu tahu. Perasaan yang dalam ini kuhapus sendirian, andai kamu mengerti.
Iya, seandainya.
Jika
saja dulu kamu pergi dengan rambu-rambu, mungkin tak sekaget ini rasanya. Saat itu
aku masih belum siap. Jangankan untuk kamu tinggalkan selama yang tak pernah
kubayangkan, sedetik saja mungkin terasa cukup bagiku untuk merasakan siksaan
itu. Samakah apa yang kita rasakan? Tidak, tentu tidak. Apa yang berarti
untukku mungkin berbeda dalam pandanganmu.
Terkadang
aku memang harus bersyukur pada Tuhan. Mengapa? Ada makhlukNya yang lain
menggantikanku menjagamu. Semenjak itu, kumerasa tak perlu mengharapmu kembali.
Karena aku bisa jadi manusia terlalu jahat atau bisa jadi bodoh. Sekuat hati
harus kuhapus ini semua bukan? Kalau tidak aku akan berdosa menyimpan perasaan
pada seseorang yang tak lagi sejalan denganku, seseorang yang telah sejalan
dengan orang lain. Terlebih aku melihat, jika tak pernah kutemukan kamu
sebahagia itu dengan seseorang. Kusimpulkan jika dia bahagiamu dan aku? Ya lekaslah
pergi bayangmu.
Bolehkah
aku merasa iri?
Mengapa?
Aku
ingin sekali diperjuangkan. Aku terlalu lelah berjuang sendirian untuk kamu. Bahkan
setelah kamu pergi, aku masih harus berjuang sendirian untuk mengahpus perasaan
ini. Rasanya sedikit tak adil bukan. Untuk itu aku iri.
Masih
ingatkah kamu menghubungiku lagi?
Iya
aku masih ingat tentunya. Tapi perasaan ini tak sama lagi, ketahuilah. Aku berhasil
berjuang untuk diriku sendiri, rasa sakitku, dan bahagiamu. Aku hebat bukan?
Tapi
kenapa kamu kembali?
Tulus?
Atau
hanya pelampiasan?
Lagi-lagi
aku takut kamu tidak berjuang untukku dan kenyataanmu seperti itu. Tapi kenapa
kamu perjuangkan dia yang menyakitimu berkali-kali? Aku iri, iya aku iri.
Jangan
tannya perasaanku lagi ya?
Aku
menyimpan rasa ini jauh di tempat lain. Tidak kulupakan, hanya kusimpan yang
jika kurindukan akan kubuka lagi. Jangan takut. Aku tidak pernah berubah sejak
terakhir kali perasaan itu masih sejalan. Aku hanya mengikuti arus Tuhan,
arusnya tentang kemasing-masingan kita. Jika tak ingin kamu kembali itu sedikit
munafik, tapi bukan aku yang ada di imajinasimu. Pada kenyataannya orang lain. Untuk
itu tak sepatutnya aku berharap bukan jika bahagia itu tak lagi bersamaku?
Dear
kamu,
Matahari
masih terang. Perjuangkan orang yang ada dipikiranmu. Seagi mampu dapatkan dia.
Perasaanku? Jangan pedulikan. Aku sudah berhasil untuk tahap pendewasaan diriku
sendiri. Jika kita kelak bertemu, mungkin mata itu masih sama, senyum itu masih
sama, tapi mungkin tak lagi kita temui hati yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar