Hai
pelabuhan perahu kertasku apa kabar? apakah perahu kertasku belum berlabuh?
mungkinkah dia masih berputar di lautan yang tak tentu?
Sudah
setahun lebih perahu itu kularung di derasnya aliran perasaan ini. Aku masih
sangat ingat di suatu sore pukul 15.00 WIB di hari Selasa tanggal 22 Mei 2012,
perahu itu mulai kulepaskan ke laut bebas kubiarkan mengapung menuju pelabuhan
yang ingin kucapai. Kamu tahu dimana? Ya, kuharap tepat dihatimu.
Namun,
lebih dari satu tahun berlalu, aku tak tahu apakah perahu itu sudah berlabuh
tepat. Sinyal-sinyal radar yang dulu sering dikirimnya padaku mulai tak
terdengar. Apakah dia telah tersesat?
Aku
masih sangat ingat dengan segelintir keajaiban yang pernah terjadi diantara
kita. Kamu datang dengan kebetulan saat aku membutuhkan tawa seseorang yang
mungkin bisa mengobati lukaku. Atau mungkin kedatanganmu adalah rencana Tuhan,
aku tak tahu. Aku masih sangat ingat bagaimana kamu perlahan menjauh dan
semakin jauh. Kamu menyisakan tawa itu tertinggal membekas di hati.
Kamu
ingat setelah hampir enam bulan lamanya kita tidak pernah sekedar untuk
berkomunikasi dan ternyata secara kebetulan keajaiban itu datang di suatu sore
yang ramai. Radarku berkedip-kedip. Aku merasakan kehadiranmu di sana dan aku
yakin kita pasti bertemu. Detik yang menggelisahkan. Iya, aku menyebutnya
seperti itu saat radarku kurasa hanya membohongiku tentang kehadiranmu. Namun,
sepertinya Tuhan ingin menyadarkanku tentang kejujuran sinyal perahu kertasku.
Detik itu, iya satu detik yang berharga ketika kita saling menemukan. Ketika
kamu memanggilku dan menjabat tanganku.
Aku
tak terlalu banyak berkata. Otakku berpacu dengan perasaanku yang berdetak tak
karuan. Bahkan ritme musik keras yang kita sukai pun lebih terasa teratur
didengar daripada detak jantungku.
Sekali
lagi, aku merasa keajaiban itu kebetulan yang sudah direncanakan Tuhan.
Tapi,
sekarang aku menyadarinya. Tuhan mungkin sudah merencanakan setiap hal yang
kusebut kebetulan saat kita saling menemukan. Tapi Tuhan tidak menyertakan
kebetulan kita bisa bersama saling berbagi dalam rencananya.
Itu
sedikit menyakitkan. Iya, sesuatu yang diam-diam itu menyakitkan. Sesuatu yang
aku peduli padamu tapi kamu tidak mempedulikanku itu menyakitkan.
Jalan
kita berputar, seperti perahu kertasku yang berputar sulit berlabuh ketempatmu.
Sesungguhnya, perahu kertas tahu kemana ia akan berhenti. Tapi bolehkah aku
berharap suatu saat perahu itu akan berlabuh tepat di hatimu. Meskipun selama
apapun ia berputar di lautan, bolehkah aku tetap berharap?
Terakhir,
untuk kamu. Tulisan ini untuk kamu. Sedikit gila dan mungkin membuatmu merasa
aneh. Tapi ini dari hatiku. Aku menyukaimu. Terimakasih atas kehadiranmu yang
membuatku bangkit dan merasa lebih baik. Sadarilah, banyak hal yang tak kamu
ketahui bahwa ternyata kamu teramat mengubah perasaanku jauh lebih baik. Aku
bersyukur atas keajaiban Tuhan, sekalipun tak ada sedikitpun kesempatan untuk
kita saling mengungkapkan rasa satu sama lain. Aku bersyukur atas satu manusia
yang kutemukan diantara milyaran manusia lainnya.
Dan
singkat kata kubahagia, hey kamu tunggu perahu kertasku ya :)
t2
Malang,
04 November 2013
Untuk
kamu, sampai jumpa lain waktu dan selamat tinggal :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar